Fiber optik (Ist)
Menurut Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah, langkah peremajaan (upgrade) infrastruktur jaringan ini dilakukan demi meningkatkan kualitas layanan. Bagi Telkom langkah ini pada akhirnya dipercaya bisa memberikan kontribusi pendapatan 20 persen dari akses data dan internet.
"Untuk jaringan akses ini investasinya Rp 1,2 triliun. Tahun depan juga disiapkan dana yang besarannya sama mengingat layanan Home Digital Service (HDS) mulai gencar dikomersialkan. Layanan ini 'rakus' bandwitdh," jelasnya di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Selasa (7/9/2010)
Konsep HDS sendiri meliputi digital home communication, digital home office, digital entertainment, dan digital surveillance and security.
Executive General Manager Divisi Akses Telkom Muhammad Awaluddin menjelaskan,
layanan HDS sudah mulai dan akan digelar di berbagai tempat, antara lain di seluruh gedung pencakar langit/High Rise Building (HRB), Kawasan Industri, Kawasan Bisnis, Kawasan Perkantoran (Office), Kawasan Apartemen/Hunian dan Kawasan serta bangunan lain yang dibangun atau dikelola oleh Agung Sedayu Group (ASG).
Rencananya seluruh HRB dan kawasan yang dikelola ASG nantinya akan memiliki
infrastruktur telekomunikasi modern yang dapat dimanfaatkan baik oleh manajemen maupun para penghuni dan tenant.
Salah satu teknologi jaringan yang digunakan untuk melayani kebutuhan ASG adalah Fiber To The Home (FTTH) yang merupakan format penghantaran isyarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai mediumnya.
"Selain ASG, pengembang lainnya yang digandeng adalah Ciputra Grup di Surabya, Pakuwon Grup untuk superblok Gandaria City, dan FTTB untuk FX Plaza Senayan," ungkapnya.
Awal mengungkapkan, dalam lima tahun ke depan upaya pengembangan infrastruktur jaringan akses akan fokus pada penyediaan fiber access secara penuh hingga ke rumah-rumah atau gedung-gedung.
Target komposisi jaringannya 70 persen untuk akses FTTC (Fiber to the Curb) menggunakan teknologi MSAN, GPON dan VDSL, serta 15% untuk akses FTTE (end-to-end copper), dan 15 persen lainnya untuk akses FTTB/H (Fiber to the Building/Home).
"Kami mulai melakukan proyek ini sejak 2007. Jika sesuai rencana, dalam lima tahun ke depan akses kabel tembaga sudah tergantikan semuanya oleh serat optik, paling tidak di kota-kota besar Indonesia," kata Awal.
Berdasarkan catatan, tahun 2010 ini Telkom memiliki belanja modal Rp 20,6 triliun. Lebih tinggi 6,25 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 19,2 triliun. Sedangkan pada 2011 direncanakan besarannya sekitar Rp 20,4 triliun.
Pada kuartal pertama lalu, kontribusi pendapatan data, internet, dan teknologi informasi terhadap total pendapatan operasional Telkom mencapai 30,1 persen. Untuk menggenjot layanan data, produk yang diandalkan adalah Speedy dan TelkomseFlash.
Menurut Rinaldi, Speedy berkontribusi besar karena memiliki Average Revenue Per User (ARPU) di atas Rp 100 ribu. Sedangkan TelkomselFlash walau unggul di jumlah pelanggan dengan angka 2,5 juta, tetapi ARPU-nya hanya sekitar Rp 50 ribu.
"Saat ini pelanggan Speedy sekitar 1,5 juta. Akhir tahun nanti ditargetkan
menjadi dua juta satuan sambungan layanan (SSL)," pungkasnya.
( rou / rns )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar