Nokia E7 (Ist.)
Bahkan, di beberapa negara, produk ponsel selalu diidentikkan sebagai merek 'Nokia'. Di Indonesia saja pernah terjadi fenomena seperti ini, Nokia selalu disebut-sebut sebagai 'ponsel sejuta umat'. Sebab, begitu merakyatnya merek ponsel ini di tengah masyarakat.
Sayangnya, Nokia tak mampu menjaga tahtanya, sehingga 'gelar' itu pun berangsur-angsur hilang tertelan waktu. Terlebih untuk ketegori ponsel pintar.
Analis industri wireless dan seluler, Eric Chan mengatakan, permasalahan sulitnya Nokia untuk bersaing di ranah smarthphone bukan serta merta karena mereka kalah dalam hal inovasi dan teknologi. Namun lebih dari itu.
"Selama 18 bulan terakhir Nokia sebenarnya sudah berusaha untuk melawan balik. Namun masalah yang mereka hadapi lebih dari sekadar soal handset. Jika Nokia ingin mempertahankan posisinya di pasar global dan menarik pengguna baru, mereka harus berubah secara radikal," tukas Chan, dikutip detikINET dari Business Week, Jumat (17/9/2010).
Ia pun coba mengidentifikasi enam pekerjaan rumah yang harus dibereskan Nokia agar usahanya untuk bangkit dapat terealisasi:
1. Melirik Sistem Operasi Baru
Beberapa analis meyakini, jika digaetnya Stephen Elop sebagai CEO bakal dimanfaatkan Nokia untuk berpartner lebih erat dengan Microsoft. Hal itu bisa saja terjadi, apalagi jika melihat latar belakang Elop yang pernah menjabat sebagai Presiden Divisi Bisnis Microsoft sebelum menyeberang ke Nokia.
Meski demikian, Nokia juga harus menganalisis bagaimana Apple dan Android dapat menciptakan suatu lifestyle di setiap produk mereka. "Hasilnya, pengguna jadi lebih memiliki kedekatan emosional dengan produk tersebut," tukas Chen.
Nokia memang sudah kadung identik dengan Symbian. Namun Chen berpendapat, ada baiknya juga jika mereka menggaet platform lain, seperti Android dan Windows Mobile. "Ini akan mengikis ketertinggalan Nokia. Apalagi Android sudah banyak menjalin kerjasama dengan vendor ponsel dan para operator seluler," lanjutnya.
2. Lebih Dekat dengan Operator
Khusus untuk beberapa negara, misalnya di Amerika Serikat, perangkat genggam biasanya akan dilepas ke pengguna dengan diikat oleh program dari operator alias dibundling.
"Cara ini biasanya dilirik konsumen karena akan ada diskon yang menyertainya. Di sisi lain, ketika produk itu langsung terjun ke retail, maka dia akan menjadi lemah daya tawarnya," kata Chen.
Namun yang harus digarisbawahi adalah, tidak semua negara dapat menjalankan strategi tersebut. Sebab ada juga negara -- seperti Indonesia -- yang penyerapannya justru lebih besar ketika handset itu dijual bebas, tidak terikat paket operator.
3. Segementasi Produk
Pasar ponsel kini sudah sedemikian besarnya. Jadi Chen menilai perlu ada segmentasi bagi tiap-tiap produk agar pasar yang digarap akan menjadi lebih fokus. "Sebagai contoh adalah Motorola yang telah memutuskan untuk fokus berbisnis di ranah smartphone," ujarnya.
4. Inovasi Software
Nokia diketahui telah mencaplok sejumlah perusahaan dan developer dengan harapan agar mereka jadi lebih meraksasa. Perusahaan yang mereka akuisisi di antaranya adalah Avvenu, enPocket, Loudeye, dan Plazes.
"Hanya saja, akuisisi ini bisa dibilang gagal dalam meningkatkan revenue secara signifikan buat perusahaan. Selain itu, produk-produk yang dikeluarkan mereka juga tidak menjadi pilihan utama di pasar," jelas Chen.
Misalnya, lanjut dia, enPocket kalah bersaing dengan Google AdMob dan Apple iAd, Loudeye kewalahan dengan Pandora, sementara Plazes belum mampu menandingi Foursquare dan Gowalla.
"Sangat penting bagi Nokia untuk meningkatkan kemampuan software dari perusahaan yang diakuisisinya agar lebih cepat berinovasi dan berbicara banyak di pasar," tegas Chen.
5. Buatlah Irama Sendiri
Apple terbilang sukses ketika merilis iPhone dan iPad. Kedua produk ini bahkan dianggap menjadi sebuah fenomena karena dapat membuat irama tersendiri di pasar sehingga kemudian diikuti oleh vendor lain.
"Nah, Nokia harus meninggalkan mental seperti ini. Mereka lah yang sekarang harus menjadi inovator, dan mulai berpikir untuk melampaui iPhone, bukan malah cuma menandinginya," papar Chen.
6. Promosi
Menurut Chen, bagian pemasaran dan promosi (iklan) merupakan area dimana Nokia masih dianggap gagal untuk menunjukkan kelebihan mereka jika dibandingkan dengan para pesaingnya. "Sudah saatnya Nokia untuk membuat penyajian yang efektif. Dibutuhkan sesuatu yang menarik dan pintar untuk dapat bersaing dengan Apple, Google, RIM dan Samsung," pungkasnya.
Dari sisi produk, Nokia sendiri baru saja memperkenalkan empat amunisi anyar di ajang Nokia World 2010 yang berlangsung di London, Inggris. Keempat produk tersebut adalah Nokia C6 (C6-01), C7, E7, dan N8.
Dalam acara itu, Niklas Savander selaku Executive Vice President Markets Nokia pun telah menegaskan bahwa perusahaannya bakal bangkit dan menyerang balik. ( ash / rns )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar