(Ist)
Salah satu dosen univesitas tersebut, Provost Eric Darr menyebutkan, pemberlakukan larangan sementara ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak mahasiswa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari dan dampak apa yang menyertainya. Namun disebutkan Darr, studi ini sengaja tidak melibatkan semua mahasiswa.
Dilansir CNN dan dikutip detikINET, Rabu (15/9/2010), dalam uji coba ini, mahasiswa dilarang menggunakan Facebook, Twitter, layanan pesan instant dan bentuk komunikasi online lainnya kecuali email.
"Seringkali ada perilaku, kebiasaan, atau cara-cara kita menggunakan teknologi yang mungkin kita sendiri tidak mampu menjelaskannya karena kita tak menyadarinya," kata Darr.
Ditambahkan olehnya, setelah masa larangan berakhir, para mahasiswa akan diminta menulis esai tentang pengalaman mereka, guna mengetahui dampak apa yang mereka dapatkan.
Cara Harrisburg University memberlakukan paksaan tidak mengakses Facebook dan Twitter ini terbilang cukup sederhana, yakni hanya dengan memblokir situs-situs tersebut dari jaringan kampus.
Dengan demikian, mahasiwa yang tinggal di luar kampus tidak akan terpengaruh dan bagi mereka yang menggunakan smartphone pun tidak akan bermasalah untuk tetap terhubung.
Darr rupanya sangat menyadari hal ini dan memprediksi akan ada mahasiswa yang tak tahan untuk tidak mengakses Facebook. "Jika seorang mahasiswa meminjam smartphone temannya untuk mengecek Facebook, ini akan menjadi pertanyaan menarik bagi mereka di akhir masa pengujian: Mengapa Anda merasa perlu melakukan hal itu? Apa yang mendorong Anda berbuat begitu?," pungkasnya. ( rns / ash )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar