PBB Imbau Semua Negara Peduli IPv6
Penulis: Edwin Purwandesi - detikinet
Suasana Workshop IPv6 di IGF 2010
Mengingat urgensinya, sesi utama hari kedua -15 September 2010-, bahkan dibuatkan khusus untuk membahas situasi dunia terkait kesiapan negara-negara anggota melakukan migrasi dan implementasi IPv6. Sesi yang digelar di Plenary Hall Lithuania Expo ini disesaki hadirin perwakilan dari berbagai negara yang ingin mendapatkan update terakhir tentang progres implementasi IPv6.
IGF sendiri adalah forum yang dibentuk untuk mendukung Sekretaris Jenderal PBB dalam melaksanakan mandat dari KTT Dunia tentang Masyarakat Informasi (WSIS = World Summit on the Information Society) berkenaan dengan perlunya dibentuk sebuah forum untuk dialog kebijakan multi-pihak dalam hal-hal terkait pengelolaan sumberdaya internet. Forum ini menjadi ajang berkumpulnya multi-pihak (stakeholders) internet dunia, meliputi perwakilan pemerintahan, perwakilan asosiasi internet, perwakilan komunitas pengguna, sampai perwakilan produsen perangkat di seluruh dunia.
Maka sesi yang dipimpin oleh Mindaugas Glodas, dari Microsoft Lithuania, ini kemudian berlangsung sangat menarik. Diawali oleh sajian Dr Jeanette Hofmann kepala program Internet Governance at the Wissenschaftszentrum Berlin für Sozialforschung (WZB) Social Science Research Center Berlin, yang menyajikan data bahwa dari total keseluruhan alokasi IPv6 yang sudah terimplementasi, ternyata baru terutilisasi 1% saja.
Kenyataan utilisasi yang masih minim ini mengundang keprihatinan, mengingat persediaan IPv4 yang ada saat ini di seluruh dunia tinggal 5% saja, dengan prediksi bahwa alokasi terakhir akan habis pada 2011-2012. Ini tentu saja sudah harus dibarengi dengan proses pengalihan trafik utilisasi internet secara bertahap dari network IPv4 ke kombinasi IPv4-IPv6, sampai suatu saat nanti termigrasi total ke IPv6.
Kendala-Kendala IPv6
Hasil riset dari Jerman ini kemudian mendapatkan masukan dari berbagai negara. Bangladesh, India, Slovenia, ada di antara negara-negara yang menyuarakan, bahwa kecilnya trafik yang melewati jaringan IPv6 network saat ini dikarenakan masih terbatasnya konten yang dapat diakses di sistem 'hosting' berbasis IPv6.
Dan walaupun dengan situasi agak berbeda, ketiganya juga menyebut ketersediaan CPE (perangkat akses sisi pelanggan) menjadi salah satu dari sedikitnya trafik yang tercipta, bahkan walaupun jaringan IPv6-nya sendiri telah siap. Masukan ini membuat pimpinan sidang kemudian menanyakan kepada perwakilan produsen perangkat yang hadir untuk dapat memberikan gambaran mengenai komitmen support mereka terkait implementasi IPv6.
Adalah Patrik Falstrom, dari CISCO International, dan Jonne Soininen dari Nokia Siemens Networks, yang kemudian menjawab isu ini dengan memastikan bahwa dari sisi produsen perangkat, mereka berkomitmen penuh untuk mensupport kebutuhan hardware yang muncul dalam proses migrasi dan implementai IPv6 diseluruh dunia.
Diskusi yang berlangsung 3 jam penuh dari 09.00-13.00 ini kemudian diakhiri dengan komitmen seluruh yang hadir untuk terus mensupport proses implementasi IPv6 di berbagai belahan dunia dengan melakukan berbagai kerja bersama, baik antara negara, maupun bekerjasama dengan swasta dan lembaga nirlaba terkait.
Sesi utama tentang IPv6 ini kemudian juga dilanjutkan di berbagai sesi yang lebih khusus (workshop) untuk membahas rencana tindak lanjut yang lebih nyata. Salah satu workshop pendukung ini digelar di ruang sidang 5 Lithuania Expo, 16 September 2010, di mana penulis berkesempatan ikut menjadi panelis.
Indonesia Dibahas
Bersama dengan Dr Soko Mikawa dari NTT Communication Jepang, Lai Heng Choong dari MYren Malaysia, dan Edmon Chung dari Vice-Chairman ISOC Hongkong, penulis membahas perkembangan IPv6 melalui kajian berbagai aktivitas nyata yang dilakukan di empat negara ini. Dengan tema "Best practices as a way of building capacity - what has actually been done to solve specific problems" semua panelis menyajikan berbagai problem khusus yang muncul di masing-masing negara dan strategi penyelesaiannya.
Dibahas juga bagaimana melakukan tranfer pengalaman antara negara sehingga problem yang sudah muncul disuatu negara dapat dihindari untuk muncul dinegara lain, atau diminimalisir dampaknya. Sesi workshop ini menjadi begitu berharga karena Indonesia bisa belajar banyak dari pengalaman ketiga negara yang sudah lebih dulu melakukan adopsi terhadap penggunaan IPv6.
Dalam kesempatan ini, penulis, yang hadir mewakili Indonesia IPv6 TaskForce dan Indonesia IPv6 Forum juga tidak lupa menyampaikan bahwa bangsa Indonesia juga mendukung penuh implementasi IPv6, melalui kesepakatan bersama yang telah ditandantangani multi-pihak (stakeholders) internet Indonesia ada 9 Juni 2010 di depan Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia. Kesepakatan ini menjadi langkah awal seluruh pihak di Indonesia untuk membuat perencanaaan dan langkah-langkah implementasi untuk menuju Indonesia Siap Ipv6 pada 2013.
Di akhir sesi workshop dicapai kesepakatan bahwa dengan saling berbagi pengalaman implementasi IPv6 di berbagai negara, akan membantu percepatan dan perluasannya secara maksimal. Untuk itu para panelis dan peserta workshop sepakat melakukan berbagai kerjasama nyata dalam aktivitasi implementasi IPv6. Sebuah pencapaian yang baik, yang sesuai dengan tema sentral IGF 2010: "Developing the Future Together"
Edwin Purwandesi adalah Senior Service Creation TELKOM Multimedia, Deputy Secretary of Secretariat of Indonesia IPv6 TaskForce, VP Relationship of Indonesia IPv6 Forum dan Steering Commitee of Asia Pasific IPv6 TaskForce
Foto: ki-ka Lai Heng Choong, Soko Mikawa, Edwin Purwandesi.
( wsh / wsh )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar