ilustrasi (ist)
Dalam sebuah pengujian, dua robot dengan sifat berbeda hasil rancangan mereka ditugaskan untuk melakukan sebuah misi pencarian dan penyelamatan. Salah satu robot bersifat 'jujur', sementara robot lainnya, si 'pembohong', memiliki kemampuan mengenali situasi dan menggagalkan tujuan penting si robot jujur.
Dalam istilah para peneliti, keadaan untuk berbohong harus memenuhi dua kriteria penting. Yang pertama, harus ada konflik antara kedua robot. Dan yang kedua, harus ada keuntungan jika melakukan kebohongan. Demikian keterangan yang dikutip detikINET dari PC Authority, Sabtu (18/9/2010).
Dipimpin oleh Ronald Arkin, tim peneliti ini kemudian mengembangkan software khusus bagi si robot pembohong dan membuat semacam arena bermain untuk petak umpet.
Di arena itu dipasang pin berwarna untuk menandakan tiga tempat persembunyian yang mungkin dipilih oleh robot jujur. Sementara si pembohong diprogram untuk bisa memilih tempat persembunyian dan menyusun jalan yang mengelabui robot jujur. Dalam 40 kali percobaan, si robot pembohong terbukti 75 persen sukses mengakali lawannya.
"Keberhasilan uji coba ini mengindikasikan bahwa teknik dan algoritma yang dijabarkan dalam makalah penelitian kami dapat digunakan untuk menciptakan perilaku berbohong pada robot," kata Arkin.
Ditambahkan olehnya, penelitian ini bisa menjadi tolok ukur untuk menciptakan robot yang lebih canggih. Bahkan di masa yang akan datang, sebuah robot penyelamat mungkin bisa membohongi manusia jika diperlukan, guna menenangkan mereka dalam situasi genting.
( rns / fyk )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar