Menkominfo Tifatul Sembiring
"Jammer itu seperti sampah, selalu muncul lagi setelah bersih," tukas Tifatul, dalam akun Twitter, Senin (8/11/2010).
Kementerian Kominfo sendiri telah memerintahkan Balai Monitoring (Balmon) setempat untuk terus memburu para pelaku. Beberapa orang pun sudah sudah dibekuk dan dilaporkan ke pihak berwajib.
"Balmon Jogja memiliki alat fox hunting untuk jammer, tapi situasi darurat buat pelacakan jadi tak bebas bergerak. Apalagi malam hari," kata Tifatul.
Sebelumnya, Kepala Humas dan Pusat Informasi Kementerian Kominfo, Gatot S. Dewa Broto mengatakan, aksi jamming tidak dilakukan oleh aparat berwajib, melainkan oleh orang-orang yang kemungkinan frustasi karena sulit masuk frekuensi 907 untuk perangkat HT, mengingat komunikasi saat terjadi bencana sangat padat.
Sementara itu, menurut perwakilan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) Jogja yang dikontak Gatot, upaya jamming saat ini sudah mulai mereda setelah ramainya pemberitaan di media massa.
Kominfo hingga saat ini dikatakannya terus berupaya meminimalisir gangguan akibat jamming. Balmon akan mengecek sistem komunikasi yang digunakan para relawan untuk diberikan frekuensi pengganti, sambil terus melakukan pelacakan jamming. Sebab jika dibiarkan, akan menggangu sistem komunikasi yang telah ada.
"Kominfo tidak mau kompromi siapapun yang melakukannya (jamming), karena koordinasi antara Kominfo, aparat TNI, Polri, relawan dan komunitas RAPI dan ORARI sudah cukup rapi di area darurat Merapi ini," tegas Gatot. ( ash / fw )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar