Dellay di Semarang (detik)
"Dengan apa yang terjadi saat ini terlihat bahwa Garuda melakukan migrasi di siang hari dan saat peak season (biasanya November-Januari sudah termasuk peak season bukan?) seolah dengan mudah menganggap bahwa bila terjadi kegagalan maka ada kata wasiat yaitu 'permintaan maaf' dan publik diharapkan maklum," sesal Abimanyu 'Abah' Wachjoewidajat, seorang pengamat TI.
Menurut Abah, mungkin Garuda tidak tahu atau tidak aware berapa banyak pihak yang dirugikan baik secara langsung (penumpang) maupun tidak langsung (maskapai lain, penumpang lain dan pihak-pihak yang bergantung penumpang yang terkena kelambatan tersebut).
"Garuda harusnya menyadari bahwa impact tersebut sangat besar," tegasnya, kepada detikINET, Senin (22/11/2010).
Abah pun jadi kembali teringat ketika dirinya masih menjabat sebagai Data Center Manager di PT Excelcomindo (sekarang XL Axiata) sekitar 12 tahun yang lalu.
"Saya pernah terlibat untuk migrasi sistem dimana persiapannya kami lakukan sejak beberapa bulan sebelumnya dan perencanaan yang dibuat benar-benar matang sehingga saat terjadi migrasi kita dapat meminimalisir impact-nya terhadap pelanggan maupun terhadap pihak lain yang mungkin komunikasinya bisa terganggu. Hasilnya migrasi terjadi dengan mulus dan itu bukan karena keberuntungan melainkan karena perencanaan yang matang, dan ridha Allah tentunya," ia memaparkan.
Biasanya untuk perusahaan sekaliber Garuda dalam melaksanaan proyek migrasi seperti ini pasti ada konsultan yang terlibat dan koordinasi yang ketat dengan para vendor terkait. Pasti di antara mereka telah menimbang secara masak kebijakan strategis ini. Lalu yang jadi pertanyaan adalah, kenapa migrasi sistem yang terjadi tidak berjalan dengan mulus?
"Seyogyanya Garuda Indonesia bisa belajar dari masalah yang dialami saat ini dan melakukan pembenahan dalam perencanaan migrasi yang lebih baik dan terkelola dengan benar dan mereka harus ingat benar bahwa mereka adalah flag carrier Indonesia, yang berarti apa yang mereka lakukan mencitrakan bangsa ini," lanjut Abah.
Sebab, di saat kita sedang berupaya untuk maju dalam bidang ICT tentu masalah ini cukup mencoreng bangsa kita yang selalu seolah tidak siap dan tidak matang apabila berhadapan dengan penerapan teknologi baru.
"Padahal sebenarnya saya percaya professional kita sangat mampu, lalu yang diperlukan adalah perencanaan yang lebih baik dan matang," Abah menandaskan.
Sebelumnya, akibat pembatalan sejumlah penerbangan kemarin, Garuda secara resmi telah meminta maaf atas ketidaknyamanan itu. Pihak Garuda juga membenarkan, kacaunya jadwal penerbangan tersebut dikarenakan maskapai milik pemerintah tersebut saat ini sedang menerapkan sistem baru.
"Selama ini kita punya 3 sistem yang memonitor pergerakan pesawat, ada sistem yang memonitor pergerakan para awak kabin, ada juga sistem yang memonitor jadwal penerbangan. Sistem ini masing-masing berdiri sendiri," kata VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Pujobroto.
Dari 3 sistem monitor yang awalnya dipisahkan, kini Garuda sedang menjajal penggabungan 3 sistem tersebut atau yang dikenal dengan istilah Integrated Operational Control System (IOCS). "Jadi sistem yang awalnya sendiri-sendiri kemudian diintegrasikan menjadi satu," imbuhnya.
Namun demikian, meskipun sistem telah disiapkan dengan matang dan tentunya telah dilakukan beberapa kali uji coba, namun saat diterapkan sistem tersebut masih meleset dari harapan. ( ash / fyk )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar