Demo tolak Flexi-Esia (rou/inet)
"Menurut studi, 60% hingga 70% merger berakhir dengan kegagalan," kata pengamat telekomunikasi Guntur Siboro kepada detikINET, Kamis (16/12/2010).
Pria yang sempat lama menjabat sebagai salah satu direksi di Indosat ini juga pernah merasakan proses panjang dan berliku dalam penyatuan dua perusahaan besar.
"Proses merger memang perlu waktu agak lama. Berkaca pada merger antara Indosat dan Satelindo, bisa lama prosesnya karena masalah valuasi perusahaan dan aspek legal. Belum lagi masalah non-teknis," lanjut pria yang sedang menempuh S3 Pemasaran di Universitas Indonesia ini.
Di lain kesempatan, Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi menilai, tidak adanya ketegasan dari manajemen Telkom dalam memutuskan persoalan merger bakal merugikan operator tersebut.
"Ambivalensi yang ditunjukkan direksi sekarang melemahkan Telkom. Ini bisa dilihat dari isu digoreng ke sana ke sini yang akhirnya merugikan Telkom. Terbukti dengan maraknya aksi demo karyawan Telkom belakangan ini," kata dia.
"Sementara Bakrie mendapatkan rezeki nomplok karena harga sahamnya terkerek naik terus karena pemberitaan merger," kata Heru lebih lanjut.
Rencana merger atau konsolidasi ini, kabarnya akan menjadi topik utama pembahasan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang bakal berlangsung Jumat ini (17/12/2010).
Langkah ini berulang kali ditentang karyawan Telkom yang tergabung dalam Serikat Karyawan (Sekar Telkom). Sekar sendiri yang beranggotakan 22 ribu karyawan mengancam akan melakukan mogok nasional jika aksi konsolidasi tetap dieksekusi.
( rou / rou )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar