Jakarta - Indonesia diperkirakan kehilangan potensi sebanyak Rp 40 triliun karena terlalu lambat menggelar akses broadband, khususnya yang berbasis kabel serat optik ke rumah-rumah dan perkantoran bisnis.
"Ada opportunity lost Rp 40 triliun selama lima tahun terakhir ini," kata Sumitro Roestam, executive chairman Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dalam acara Indonesia Broadband Award 2010 di Fx Plaza, Jakarta, Kamis (16/12/2010).
Potensi kerugian itu, lanjut dia, jika dihitung berdasarkan pertumbuhan ekonomi dikalikan pendapatan domestik bruto (GDP) yang bisa digapai jika akses broadband tersedia merata di Indonesia.
GM Business Development Indosat Mega Media (IM2) Hermanudin melihat real broadband di Indonesia baru tergarap 30% yang benar-benar sudah digunakan oleh pelanggan.
Sementara, Group Head Product Development Mobile-8 Telecom, Sukaca Purwokardjono, menyayangkan jika pembangunan broadband tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Sebab, potensi pertumbuhan layanan broadband sangat menjanjikan.
"Kami tidak bisa sendirian. Perlu industri pendukung," kata dia. Mobile-8 yang kini satu atap pemasaran dengan Smart Telecom memiliki 350 ribu pelanggan broadband dengan nilai pendapatan average revenue per user (ARPU) sebesar Rp 80 ribu per bulan.
Para praktisi industri broadband ini berkumpul pada acara Indonesia Broadband Award 2010 yang diselenggarakan oleh majalah Broadband. Mereka hadir untuk menerima penghargaan sebagai berikut:
- Best People Achievement Broadband: Sarwoto Atmosutarno (Dirut Telkomsel), Sutikno Wijaya (Dirut Smart), Indar Atmanto (Dirut IM2)
- Best Broadband Network Serives: Telkomsel
- Best BlackBerry Service Operator: Telkomsel
- Best CSR Program Operator of the Year: IWIC Indosat
- Best Product Broadband Services: IM2
- Best CDMA Broadband Operator: SmartFren
- Best USB Modem Broadband Services: SpeedUp
- Special Award: Metropolitan and Public Services: Kompol Bonaparte, Kanit STNK Polda Metro Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar