Akan tetapi mega akuisisi ini diprediksi tidak mudah terjadi. Persetujuan harus datang dari otoritas berwewenang di Amerika Serikat, yakni regulator Federal Communications Comission (FCC) dan Departemen Kehakiman. Mereka akan meneliti seluk beluk upaya merger tersebut sebelum memberikan lampu hijau.
Jika AT&T membeli T-Mobile, gabungan keduanya bakal mengontrol tiga perempat industri telekomunikasi di negeri Paman Sam. Nah, inilah yang bisa jadi batu sandungan terkait kekuasaan di pasar yang terlalu besar.
"Ini adalah merger yang dipertanyakan, kecuali ada efisiensi yang terbukti. Akan ada penelitian yang cermat (dari regulator-red)," ucap Herbert Hovenkamp, profesor hukum di University of Iowa, dilansir Wall Street Journal dan dikutip detikNET, Senin (21/3/2011).
Kekhawatiran juga menimpa Sprint, salah satu operator telekomunikasi di AS. Intinya, mereka khawatir kekuasaan yang terlalu besar bisa berujung pada permainan harga. Dan tidak hanya Sprint, beberapa lembaga pengawas juga menaruh perhatian.
"AT&T adalah raksasa di pasar wireless, dan konsumen sudah rutin komplain mengenai praktek anti konsumen seperti ongkos yang tersembunyi. Jadi dari perspektif konsumen, sulit terjadi pembenaran atau manfaat dari pencaplokan AT&T pada salah satu kompetitor utamanya," tukas Parul Desai dari Consumer Union.
Namun AT&T jelas memiliki antisipasi. Menurut mereka, bakal tetap ada kompetisi sehat di industri wireless untuk membuat para pelakunya tetap jujur. Mereka menyatakan pula, gabungan kedua perusahaan bakal membuat akses internet lebih cepat, sebuah prioritas pemerintah AS. Menarik diamati apakah AT&T berhasil lolos dan mewujudkan salah satu merger terheboh di industri telekomunikasi.
( fyk / ash )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar