Yasir Afifi, pemuda berusia 20 tahun, mengatakan dirinya tidak melakukan tindakan apa pun yang perlu diselidiki FBI. Dia menjadi emosi tatkala mengetahui terdapat GPS yang dipasang FBI secara diam-diam pada mobilnya.
"Saat tengah mengganti oli mobil, saya menemukan sebuah alat yang ditempel dengan magnet di bagian belakang roda sebelah kanan. Saya yakin alat apa itu. Saya kemudian mencopotnya, mengambil gambar alat itu dan mempostingnya ke internet, siapa tahu ada teman yang mengetahuinya," papar Afifi.
Dua hari kemudian, disebutkan Afifi, seseorang yang mengaku sebagai anggota FBI menariknya dengan kasar saat dia mengemudi dari apartemennya di San Jose, California, AS, dan meminta alat yang belakangan diketahui adalah GPS itu dikembalikan.
Dikutip detikINET dari Sydney Morning Herald, Kamis (3/3/2011), atas perlakuan itu, Afifi lantas mengajukan tuntutan melalui Council on American-Islamic Relations. Dalam tuntutannya, dia mengklaim FBI telah melanggar hak privasinya sebagai warga sipil karena telah memasang GPS tanpa seizinnya.
Pengacaranya mengatakan, Afifi yang lahir di AS menjadi target mata-mata diduga karena kedekatannya dengan budaya Timur Tengah. Pasalnya, Afifi kerap melakukan perjalanan ke sana, menengok kedua kakaknya yang tinggal di Mesir. Terlebih lagi, alamarhum ayahnya dikenal sebagai pemimpin komunitas Islamic-American terpandang.
Sementara itu juru bicara FBI Michael Kortan enggan mengomentari perkara gugatan yang diajukan Afifi maupun perihal tindakan mata-mata yang dilakukan anak buahnya.
"FBI melakukan investigasi sesuai dengan aturan FBI dan Departemen Kehakiman, yang semua langkah atau tekniknya sudah sesuai. Aturan-aturan ini juga menjamin perlindungan bagi warga sipil dan hak konstitusional," tegasnya.
( rns / ash )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar