Jakarta - Apple dan Google kerap menggembor-gemborkan perlindungan di toko aplikasi masing-masing, Google Play Store dan App Store. Meski demikian, nyatanya banyak pengguna yang masih saja mengunduh aplikasi tidak resmi.
Aplikasi tak resmi itulah yang memberi celah untuk masuknya aplikasi scam dan malware dengan menyamar sebagai aplikasi asli.
Dilansir detikINET dari Ubergizmo, studi terbaru dari Avats mengungkapkan, aplikasi tersebut telah menghasilkan lebih dari USD 400 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun bagi pengembangnya.
Tentunya, nominal tersebut merupakan uang yang sangat banyak. Itulah mengapa banyak dari aplikasi scam ada dan terus ada hingga saat ini.
"Tampaknya, bagian dari strategi fleeceware adalah menargetkan pengguna yang lebih muda melalui tema yang menyenangkan dan iklan yang menarik di jejaring sosial populer dengan iming-iming pemasangan gratis. Pada saat para orang tua mengetahui ada pembayaran mingguan, fleeceware telah menarik sejumlah besar uang," kata Avast.
Aplikasi Fleeceware juga tidak dianggap sebagai malware karena merupakan aplikasi yang sah, kecuali mungkin dengan beberapa mekanisme yang curang untuk mendorong pembelian dalam aplikasi.
Sulit untuk membedakan aplikasi mana yang merupakan aplikasi fleeceware dan mana yang bukan. Jadi, yang terbaik adalah mencobanya sebelum melakukan pembelian apa pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar